Cuma Weblog Entah-entahan

Dulu Tidak Begini….

Memulai kisah mudik pekan kemarin…

Berkunjung ke Labuhan Maringgai-Lampung Timur, kurang puas bagi Saya kalau tidak menginjak pasir pantainya….

Perhatikan bibir pantai yang hanya menyerupai tanggul pasir…

Saya masih ingat, ketika tahun 2003, Saya yang tinggal di Kotabumi-Lampung Utara, diajak seorang teman berkunjung ke Labuhan Maringgai. Menempuh perjalanan sekitar 3-4jam lamanya. Lelah, tapi terbayar dengan indahnya pesisir timur Lampung.

Di malam harinya sempat merasakan menjadi nelayan muara, karena ombak laut yang pada saat itu cukup besar, menghalangi kami melaut. Jadi kami hanya mencari ikan disekitar muara…

Untuk mencapai pantai kami berjalan sekitar 15-30menit, menyusuri tambak. Pasir pantai yang menurun membentuk mangkuk laut, menyediakan rumah bagi kepiting pantai, tempat berjemur bintang laut, arena berlari bagi umang-umang,  dan masih banyak hewan dan tumbuhan laut lain membentuk satu ekosistem.

Kepiting pantai… Satu2nya yang Ane temuin….

Kalau kita bangun saat fajar, dan pergi ke pantai, mungkin akan bertemu seseorang memanggul karung, berisi kerang hasil panen disepanjang pantai. Kerang itu dipanen hanya dengan berjalan menyusuri pantai.

Hampir sepanjang pantai kerang bersembunyi dibalik pasir, membentuk lubang kecil, seakan memberi tanda keberadaannya. Kita hanya perlu memasukkan jari kepasir disekitar lubang, menjepit kerang, maka kita akan mendapatkan lauk makan pagi ini, dengan jumlah tidak terhitung, sebanyak yang kita mampu untuk bawa, tanpa harus membeli, setiap pagi.

Terakhir kali Saya berkunjung ketempat ini sekitar tahun 2007. Kondisinya masih sama dengan sebelumnya. Baru 4 tahun yang lalu.

Bekas tanggul tambak…

Tapi kali ini, pantai tidak lebih dari kumpulan pasir dan kulit kerang di dalam petak empang. Abrasi air laut mengurangi keindahan pantai yang setiap kali Saya berkunjung, selalu Saya masukkan dalam daftar tempat yang harus Saya kunjungi.

Semak diatas tanggul ini tidak mampu menahan terjangan air laut…

Ombak besar beberapa tahun belakangan, telah mengikis daratan jauh dari garis pantai yang pernah Saya injak dan kagumi. (Perkiraan Saya telah lebih dari 100m terkikis)

Sedih, minimnya tumbuhan bakau disekitar pantai ini, membuat daratan tidak mampu mempertahankan wilayahnya. Pasir pantai yang dulu membentuk mangkuk, kini tidak lebih dari gundukan pasir menyerupai tanggul, yang kian hari terus bergeser seiring dorongan air laut, menutup tambak, menelan daratan.

Bingung mo ngapain…

Tiada lagi kepiting pantai berlari ke lubang atau ke laut karena takutnya pada manusia, tidak lagi bintang laut berjemur, semua tersingkir oleh ganasnya terjangan ombak.

masih belum pecaya kondisi pantai sudah berubah…

Entah kapan lagi pantai akan kembali seperti semula…

Diantara kegundahan hati ini, ternyata masih ada harapan. Saya masih menemukan beberapa pokok bakau yang masih kecil. Meskipun sempat terlambat, bukan berarti putus usaha. Berharap, kelak mereka mampu mengembalikan pantai kami… atau setidaknya mempertahankan yang masih ada… untuk anak-anak kami… untuk masa depan kami…

tiga pokok bakau harapan terakhir…
Satu pokok hampir tertelan pasir…

Mudah-mudahan ada usaha lebih keras untuk mengembalikan pantai ini, membangun kesadaran betapa pentingnya alam bagi kita…

Demikianlah salah satu kisah mudik November 2011, Cintailah alam kita, pantai kita….

Mudah-mudahan bermanfaat…

One response

  1. Pingback: Mohon Dukungan, Rencana Reklamasi Pantai Pada Awal Tahun… « Nasi Goreng Kambing

Leave a comment