Cuma Weblog Entah-entahan

Uwak dan 80Km/jam pesanannya…

Saat kali pertama mudik sendirian dengan motor ke Lampung, daerah kelahiran Saya.  Sudah terlewat beberapa tahun lalu, tapi masih membekas dihati, sampai saat ini.

Sesaat sebelum berangkat ke pulau Jawa, orangtua angkat Saya (Saya panggil beliau dengan sebutan Uwak..) tanya tentang motor Karisma X yang saya tunggangi..

“Paling tinggi, kecepatan berapa motornya..?” tanya beliau sambil tersenyum.. (masih teringat senyum khas beliau waktu itu..)

“110 km/jam Wak…”  kalimat ini meluncur dibarengi senyum kebanggan dari bibir Saya. (Ternyata Uwak Saya ini tertarik juga ngomongin kecepatan.  Itu yang saya tangkap dari pertanyaan beliau..)

“Pake’nya 80’an aja….” beliau menyambung percakapan kami. (Ooh… jadi malu dalam hati mendengar kalimat yang ini..)

Tadinya Saya pikir Uwak benar-benar tertarik dengan yang namanya Kecepatan. Ternyata Beliau minta Saya untuk berhati-hati dijalan. Sebuah kendaraan yang meluncur lebih dari 80km/jam, menurutnya bukanlah kecepatan yang mudah untuk dikendalikan. Apalagi motor bebek. Dan saya percaya dan yakin, ucapan Beliau 100% benar. Untuk jalan mulus, sepi dan ada jaminan tidak ada hambatan, kecepatan diatasnya mungkin masih diperbolehkan. Tapi perjalanan yang kita tidak pernah tahu hambatan apa yang akan kita lewati, 80 km/jam adalah kecepatan maksimum.

Dengan 80 km/jam, jika terjadi sesuatu  sehingga memaksa seseorang mengerem mendadak, masih mungkin kendaraan untuk tetap terjaga keseimbangannya dibanding pada kecepatan diatasnya. Semakin cepat suatu kendaraan, semakin panjang jalur yang dibutuhkan untuk menghentikan laju kendaraan dengan aman. Tapi tentu juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan kemampuan si pengendara sendiri.

Dalam berkendara, juga ada gerakan menghindari dan menguasai (bermanuver) yang diatur oleh perasaan. Kondisi inilah yang hasilnya dipengaruhi oleh kecepatan.

Apalagi perjalanan jauh, baik sendiri maupun bersama rekan, sebaiknya pakai kecepatan yang aman saja. Daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tentu bukan hal yang menyenangkan jika hanya nama yang mencapai tujuan bukan??.. (amit-amit jabang bayi..)

Sejak itu, Saya berkendara di kecepatan rata-rata 80 km/jam untuk perjalanan jauh dengan tetap mempertimbangkan kondisi lingkungan, dan full trothle pada kondisi jalan “tertentu”. Dan pesanan Almarhum tetap jadi bahan pertimbangan.

OK deh Om… tetap jaga keselamatan diri dan lingkungan. Tingkatkan kepedulian sesama pengguna jalan. Saling mengalah. Semoga bermanfaat…

2 responses

  1. sama bro..
    saya juga max 80kpj..
    itu aja udah keder…

    20 December 2011 at 3:18 pm

  2. Pelajaran yg berharga.
    Si uwak udak pengalaman

    20 December 2011 at 6:45 pm

Leave a comment